Selasa, 21 September 2010

segala sesuatu ada penyakitnya

1) Penyakit bicara adalah bohong
2) Penyakit ilmu adalah lupa
3) Penyakit ibadah adalah riak
4) Penyakit budi pekerti adalah memuji diri sendiri
5) Penyakit berani adalah agresif
6) Penyakit pemurah adalah menyebut-nyebut pemberian
7) Penyakit cantik adalah sombong
8) Penyakit bangsawan adalah bangga
9) Penyakit malu adalah lemah
10) Penyakit mulia adalah menonjolkan diri
11) Penyakit kaya adalah kikir
12) Penyakit royal (mewah) adalah berlebih-lebihan
13) Penyakit agama adalah hawa nafsu

Sabtu, 18 September 2010

karomah wali allah


 Wali Allah adalah orang-orang yang dimuliakan oleh Allah Ta 'ala sebagaimana yang dijelaskan dalam firman-Nya, "Ingatlah, wali-wali Allah itu tidak ada rasa takutpada mereka, dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Yunus [10]: 62).
Ahlussunnah wal Jamaah di setiap masa dan tempat, secara turun temurun mempercayai adanya karamah para wali. Ahlussunnah bermanhaj tawassuth (tengah-tengah) dalam menyikapi karamah wali, dibanding dengan pemahaman golongan muktazilah dan kaum sufi. Golongan muktazilah menolak keberadaan karamah wali dikarenakan bertentangan dengan akal. Sedangkan kaum sufi justru bersikap ghuluw (berlebihan) terhadap karamah wali, sehingga menurut mereka karamah para wali bisa melebihi mukjizat seorang nabi.
Mempercayai karamah wali merupakan salah satu prinsip Ahlussunnah wal Jamaah. Akan tetapi, kepercayaan dan sikap ini semuanya dikembalikan kepada keterangan yang termaktub dalam Al-Qurv an dan As-Sunnah yang shahih. Dengan demikian, umat Islam diharapkan mengetahui bahwa para wali Allah, baik saat mereka masih hidup maupun setelah wafat, mereka jauh dari setiap perkataan dan perbuatan yang bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
    Kewalian dan karamah adalah bagian dari istilah teks agama yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat umum. Akan tetapi mereka menyamarkan maknanya yang syar'i (sesuai syariat) menjadi sesuatu yang mengindikasikan terminologi kemusyrikan. Penyamaran makna tersebut mendatangkan pemahaman baru di tengah-tengah masyarakat bahwa yang dimaksud dengan "kewalian" adalah ahli zuhud dalam ilmu dan orang yang tidak tamak terhadap harta. Mereka menyamarkan istilah tersebut dengan berbagai argumentasi menarik dan membuat tipuan yang mereka bungkus atas nama dakwah orang-orang yang shalih, bukan berdasarkan pengertiannya yang syar'i. Mereka berusaha mencapai tujuan-tujuan mereka dengan cara menghapuskan makna asasi yang sebenarnya dari istilah "kewalian" tersebut.
    Akan tetapi keyakinan akan kebesaran Allah adalah benteng yang tidak akan tergoyahkan. Begitu juga dengan sunnah-Nya clnlam upaya menegakkan kebenaran atas kebatilan, akan k-tap terpelihara dan tidak akan goyah, Berapa banyak orang ynng menangis histeris karena perbuatan-perbuatan dusta yang disebarkan. Berapa banyak orang yang menganggap indah perbuatan-perbuatan buruk yang disamarkan. Mereka terkagum-kagum dengan sesuatu yang palsu. Mereka menebarkan opini sesat di tengah-tengah masyarakat, mulai dari  tuduhan bahwa kami termasuk golongan kaum Wahabi Muktazilah, hingga pada tuduhan yang sama sekali jauh dari bayangan (keji) jika dibandingkan dengan hadits-hadits yang merusak, meski hadits-hadits tersebut menimbulkan berbagai penyimpangan dan kesesatan bagi orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan agama yang memadai. Tuduhan yang Iebih keji lagi datang dari orang-orang yang tidak pernah berupaya meneliti kebenaran, mereka menuduh kami sebagai golongan yang mengingkari karamah dan kewalian. Betapa banyak kelompok di tengah umat kita saat ini yang begitu monggandrungi masalah kewalian ini dengan cara yang tidak layak.
 Inilah buku yang berusaha menjelaskan masalah kewalian ini kemudian dilanjutkan dengan masalah karamah  yang Shahih, sesuai pemahaman Salafush Shalih.
     

Kamis, 20 Mei 2010

DOA IJAZAH RASULULLAH SAW KEPADA SHAHABAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIEQ R.A.
cara terbaik

  * اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني إنك
  أنت الغفور الرحيم


Allahumma innii zhalamtu nafsi zhulman katsiiran walaa yaghfirudz-dzunuuba illaa Anta faghfir lii maghfiratan min ‘indika warhamnii, innaKa Anatal Ghafuurur Rahiim.
(Ya Allah ya Tuhanku, aku sunggu telah banyak ‘menganiaya’ diriku sendiri dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau; maka berilah ampunan kepadaku ampunan dari sisiMu dan kasihilah aku. Sungguh Engkaulah Sang Maha Pengampun dan Maha Pengasih).
Dibaca dalam shalat, ketika sujud.
Category:

Senin, 29 Maret 2010

Seputar Media